Kamis, 30 Mei 2013

Survey sudah punya tujuan sejak awal

Dengan Hanibal Wijayanta Ign. Yophiandi Rahman Andi Mangussara Rommy Fibri Dwi Anggia Yus Ariyanto Philips Vermonte Aprilia Yahya Darmawan Sepriyossa Asli Mauluddin Anwar

Celaka 13. Aku cermati lagi hasil survei nasional CSIS—April 2013 yang diacu media massa. Sejumlah informasi detail gagal diintip:

1. Siapa sebetulnya yang paling populer di mata responden CSIS yang berjumlah 1635 itu? Tokoh partai, pejabat publik/institusi negara, atau tokoh alternatif?

+ Kalau pertanyaan ini dijawab berdasarkan survei CSIS. Hasilnya adalah:
Popularitas Megawati Soekarnoputri (93,3 persen). Sedangkan Joko Widodo—yang dikategorikan pejabat (85,9 persen). Adapun Jusuf Kalla (91,1 persen).

Jadi siapa yang paling dikenal (popular) di mata responden itu?
Jawabnya: Menurut hasil survei CSIS, orang itu adalah MEGAWATI SOEKARNOPUTRI.

Jika ada media massa—siapapun itu—menyatakan popularitas JOKOWI yang tertinggi, pastilah media itu SESAT & MENYESATKAN.

2. CSIS bikin slide “Pilihan Presiden” (Top of Mind)
Selaku lembaga penyigi, CSIS tidak membuka apa sih pertanyaan yang diajukan kepada responden. Apa sulitnya sih membuka pertanyaan yang diajukan?

Saya juga sangsi media yang memberitakan itu bertanya ke CSIS bagaimana bentuk pertanyaannya.

Jadi, saya kira, sebagian besar menerima hasil survei CSIS ini secara positivistik. Alias tidak kritis—atau sengaja menyimpannya di bawah meja?

Maka muncullah angka elektabilitas sebagai berikut:
-Joko Widodo 28,6 persen
-Prabowo Subianto 15,6 persen
-Aburizal Bakrie 7 persen
-Megawati 5,4 persen
-Jusuf Kalla 3,7 persen
-Mahfud MD 2,4 persen
-Hatta Rajasa 2,2 persen
-Belum punya pilihan 28 persen.

Pertanyaan untuk CSIS: Dari mana nama2 itu muncul? Ditaruh dalam daftar pertanyaan? Atau muncul dari mulut responden di 31 provinsi itu?

Kalau nama2 itu ditawarkan (ada di daftar pertanyaan), apa alasannya mereka muncul? Mengapa mereka?

*) Untuk media massa: Mengapa poin responden “Belum punya pilihan” sebesar 28 persen tidak dimunculkan? Sengaja (bagian dari framing), lupa atau gagal mencerna setiap detail dari informasi yang dihasilkan survey CSIS ini?

3. Ini pertanyaan generik: Orang-orang di belakang lembaga survei dan jurnalis/wartawan, menurutku, kualifikasinya adalah intelektual/cendekiawan.

Pertanyaannya: Apa mengetahui opini publik secara regular (dan non regular) semata-mata untuk tujuan statistik atau tujuan yang lebih besar?

Apakah tujuan lebih besar itu adalah dalam rangka memotong oligarkhi partai politik?

Kalau “iya” berarti apa yang dilakukan lembaga survei punya tendensi sejak survei tadi mulai dirancang. Secara apriori apakah itu bisa disimpulkan bahwa ini semua demi satu tendensi: menemukan orang di luar partai politik maju di pemilihan presiden/wapres tahun 2014 nanti? Itu berarti tak ada yang tak punya tendensi sekitar pencarian nama2 untuk Pilpres 2014 ini :)

sumber: fb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar