Selasa, 14 Januari 2014

Kisah Direktur Aramco: Mulai dari hinaan

Di sebuah perusahaan pertambangan minyak di Arab Saudi, di akhir tahun 40-an. Seorang pegawai rendahan, remaja lokal asli Saudi, kehausan dan bergegas mencari air untuk menyiram tenggorokannya yang kering. Ia begitu gembira ketika melihat air dingin yang tampak di depannya dan segera mengisikan air dingin ke dalam gelas.

Lahir di Rabiul Awwal

Sewaktu tahun pertama di kampus, ada program intensif bahasa Arab yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa. Kebetulan yang menjadi pengajar di kelas kami adalah seorang ustadzah, sudah bersuami, punya anak, namun masih muda, namanya ustadzah Ummu Hani. Beliau lulusan Universitas di Damaskus Suriah. Walau materi kami bahasa Arab, namun terkadang kita ngobrol tentang hal lain yang menambah wawasan.

Ada 1 pemaparan beliau yang menarik dan saya catat mengenai sirah nabi Muhammad saw. Beliau mengatakan bahwa kita bisa membaca kitab "Fiqhu Sirah" karya Syaikh Ramadhan Al Buthi rahimahullah untuk menemukan apa yang beliau paparkan. Walaupun saya masih agak ragu, soalnya setelah saya cek beberapa belum saya temukan. 'Ala kulli haal pemaparan beliau cukup menarik, berikut yang beliau sampaikan.

NU AZALI


Oleh : Yahya C. Staquf

Hadlratusy Syaikh Muhammad Hasyim bin Asy’ari Basyaiban adalah kyai semesta. Guru dari segala kyai di tanah Jawa. Beliau kyai paripurna. Apa pun yang beliau dhawuhkan menjadi tongkat penuntun seumur hidup bagi santri-santrinya, bahkan sesudah wafatnya.

Nahdlatul Ulama adalah warisan beliau yang terus dilestarikan hingga para cucu-santri dan para buyut-santri, hingga sekarang. Segerombol jama’ah dalam merek jam’iyyah yang kurang rapi, sebuah ikatan yang yang ideologinya susah diidentifikasi, identitas yang nyaris tanpa definisi… tapi toh begitu terasa balutannya… bagi mereka yang —entah kenapa— mencintainya…

Barangkali karena memang Nahdlatul Ulama itu ikatan yang azali, cap yang dilekatkan pada ruh sejak dari sononya, sebagaimana Hadlaratusy Syaikh sendiri mencandranya:

بيني وبينكم في المحبة نسبة

مستورة في سر هذا العالم

نحن الذون تحاببت أرواحنا

من قبل خلق الله طينة آدم

antara aku dan kalian ada tautan cinta

tersembunyi dibalik rah’sia alam

arwah kita sudah saling mencinta

sebelum Allah mencipta lempungnya Adam

Ke-NU-an sejati ada di hati, bukan nomor anggota.

Kyai Abdul Karim Hasyim, putera Hadlratusy Syaikh sendiri, menolak ikut ketika NU keluar dari Masyumi. Demikian pula salah seorang santri Hadlratusy Syaikh, Kyai Majid, ayahanda Almarhum Prof. Dr. Nurcholis Majid. Mereka berdua memilih tetap didalam Masyumi. Apakah mereka tak lagi NU? Belum tentu. Mereka memilih sikap itu karena berpegang pada pernyataan Hadlratusy Syaikh semasa hidupnya, “Masyumi adalah satu-satunya partai bagi ummat Islam Indonesia!” NU keluar dari Masyumi sesudah Hadlratusy Syaikh wafat.

Apakah sikap pilihan mereka itu mu’tabar atau tidak, adalah soal ijtihadi. Tapi saya sungguh ingin mempercayai bahwa di hati mereka berdua tetap bersemayam ke-NU-an yang berpendar-pendar cahayanya.

Pada suatu hari di awal abad ke-20, salah seorang santri datang ke Tebuireng untuk mengadu. Santri itu Basyir namanya, berasal dari kampung Kauman, Yogyakarta. Kepada kyai panutan mutlaknya itu, santri Basyir mengadu tentang seorang tetangganya yang baru pulang dari mukim di Makkah, yang kemudian membuat odo-odo “aneh” sehingga memancing kontroversi diantara masyarakat kampungnya.

“Siapa namanya?” tanya Hadlratusy Syaikh.

“Ahmad Dahlan”

“Bagaimana ciri-cirinya?”

Santri Basyir menggambarkannya.

“Oh! Itu Kang Darwis!” Hadlratusy Syaikh berseru gembira. Orang itu, beliau sudah mengenalnya. Nama kecilnya Darwis. Teman semajlis dalam pengajian-pengajian Syaikh Khatib Al Minangkabawi di Makkah sana. Mengikuti tradisi ganti nama bagi orang yang pulang dari Tanah Suci, beliau pun kemudian menggunakan nama Ahmad Dahlan

“Tidak apa-apa”, kata Hadlratusy Syaikh, “yang dia lakukan itu ndalan (ada dasarnya). Kamu jangan ikut-ikutan memusuhinya. Malah sebaiknya kamu bantu dia”.

Santri Basyir patuh. Maka ketika kemudian Kyai Ahmad Dahlan medirikan Muhammadiyah, Kyai Basyir adalah salah seorang tangan kanan utamanya.

Apakah Kyai Basyir “tak pernah NU”? Belum tentu. Puteranya, Azhar bin Basyir, beliau titipkan kepada Kyai Abdul Qodir Munawwir (Kakak ipar Kyai Ali Ma’shum) di Krapyak, Yogyakarta, untuk memperoleh pendidikan Al Quran dan ilmu-ilmu agama lainnya. Pengajian-pengajian Kyai Ali Ma’shum pun tak ditinggalkannya.

Belakangan, Kyai Azhar bin Basyir terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah menggantikan AR Fahruddin. Kepada teman sekombong saya, Rustamhari namanya, anak Godean yang menjadi Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UGM, saya gemar meledek,

“Kamu nggak usah macam-macam”, kata saya waktu itu, “ketuamu itu ORANG NU!”

Jarak Adam dan Nuh

Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "Berapa tahun jarak antara Adam dan (diutusnya) Nuh?" Rasulullah menjawab, "10 abad."

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata "Jarak antara zaman Nabi Adam dan Rasulullah Nuh adalah 10 abad. Mereka semua berada di atas tauhid."

Perdebatan Adam dan Musa

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adam dan Musa pernah berbantahan. Musa berkata, ‘Wahai Adam, engkau adalah bapak kami. Tetapi engkau telah mengecewakan kami karena menyebabkan kami keluar dari surga.’

Adam menjawab, ‘Engkau wahai Musa, engkau telah dipilih dan dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan kehendak-Nya engkau dapat bercakap-cakap dengan-Nya. Apakah engkau mencelaku karena urusan yang telah ditakdirkan Allah atasku sejak 40 tahun sebelum aku diciptakan-Nya?’
Demikianlah Adam membantah Musa, demikianlah Adam membantah Musa, demikianlah Adam membantah Musa.”
(HR. Bukhari, no. 3407 dan Muslim, no. 2652)

Fakta-fakta menarik tentang masa-masa SMA.

1. Pelajaran yg paling disukai anak SMA adalah pelajaran kosong.

2. Saat pelajaran kosong lebih banyak dihabiskan di kantin.