Senin, 17 Februari 2014

Ketika Gunung-Gunung Dihancurkan Dan Menjadi Debu Beterbangan

# Ketika Gunung-Gunung Dihancurkan Dan Menjadi Debu Beterbangan

Beberapa minggu ini negara kita sedang dilanda berbagai bencana. Ada dua bencana terkait gunung yaitu gunung Sinabung dan gunung Kelud. Kedua gunung ini sudah membuat beberapa masyarakat disekitarnya baik jauh dan dekat merasakan dampaknya. Misalnya saja gunung Kelud yang abunya menyebar cukup jauh dan bisa melumpukan aktifitas dibeberapa tempat.

Ketika gunung-gunung dihancurkan
Beberapa kejadian ini bisa diambil hikmahnya, salah satunya merenungi bahwa ini belum ada apa-apanya dengan hari ketika gunung-gunung dihancurkan kelak. Dan hendaknya kejadian ini bisa menambah keimanan dan keyakinan kita.

Pacaran Islami

# Tinggal dicantumkan label syariat jadilah ia: Pacaran Islami

Berikut mungkin gambaran kongkrit dan penerapan pacaran Islami sebagai berikut:
>>jika bertemu, ”Assalamu’alaikum ukhtiku”, “assalamualaikum ya akhi”, yang keterlaluan parahnya dibalas dengan “wa’alaikum SAYANG”. Astagfirullah
>>jika bertemu maka saling menundukkan pandangan (ghadhul bashar), tetapi justru inilah manisnya menurut mereka, pandangan malu yang sedikit menunduk tapi mencuri pandang
>>janjian bertemu biasanya di masjid 

Sisi Sipiritual Gempa Bumi

BACA INI WAHAI KEDIRI DAN KARO...!!!

“Setidaknya dua kali gempa tercatat dalam riwayat hadits Nabi. Yang pertama di Mekah. Dan kedua di Madinah.
Pertama,Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Kuzaimah, ad-Daruquthni, dan lainnya dari Utsman bin Affan bahwa dia berkata,

Apakah kalian tahu Rasulullah pernah berada di atas Gunung Tsabir di Mekah. Bersama beliau; Abu Bakar, Umar dan saya. Tiba-tiba gunung berguncang hingga bebatuannya berjatuhan. Maka Rasulullah menghentakkan kakinya dan berkata: Tenanglah Tsabir! Yang ada di atasmu tidak lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang Syahid.”
Kedua, hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik, dia berkata:
“Nabi naik ke Uhud bersamanya Abu Bakar, Umar dan Utsman. Tiba-tiba gunung berguncang. Maka Nabi menghentakkan kakinya dan berkata: Tenanglah Uhud! Yang ada di atasmu tiada lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang syahid.”

Sabtu, 15 Februari 2014

Jalan Hidup Salikin: Menyingkap Misteri Mimpi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Mimpi secara umum bisa diartikan sebagai bunga-bunga tidur yang dapat dialami oleh semua orang, siapa pun dia tanpa dibedakan tingkatan kualitas dan prestasi spiritualnya. 

Semua orang pernah mengalami mimpi. Namun, tidak semua orang mampu memilah dan memverifikasi jenis dan kualitas mimpi yang dialaminya.    

Mimpi yang umum dialami semua orang bisa muncul dengan sendirinya tanpa melalui proses persiapan apa pun. Kehadiran mimpi seperti ini di dalam tidur tidak bisa diprogram. 

Ada kalanya kita membutuhkan isyarat dalam bentuk mimpi untuk meng-clear-kan sebuah persoalan, namun tidak muncul. Terkadang juga, tidak ditunggu, tetapi mimpi itu datang dengan jelas atau samar-samar.

Jalan Hidup Salikin: Mengasah Mata Batin

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Mata batin yang tajam hanya mungkin dimiliki oleh orang yang betul-betul mencapai tingkat kedekatan khusus dengan Allah SWT, seperti yang dialami para nabi dan para wali (auliya).

Sebagaimana halnya telinga batin (sama’), mata batin (bashirah) juga membutuhkan pengasahan supaya bisa melihat lebih tajam dan mampu melihat sesuatu yang sulit diamati oleh mata kepala. Mata batin yang lebih tajam bisa melihat dan menyaksikan hal-hal yang gaib.

Untuk mengasah mata batin, diperlukan juga berbagai latihan, seperti halnya ketika kita mengasah telinga batin. Orang-orang yang rajin melakukan mujahadah, riyadhah, muraqabah, dan berbagai bentuk pendekatan diri lainnya kepada Allah SWT, maka dapat menyingkap seluruh tabir (hijab) yang menghalangi seseorang untuk melihat dan menyaksikan sesuatu yang gaib. 

Para salikin yang sudah mampu membuka tabir lalu menyingkap kegaiban maka ia sudah berada di tingkat mukasyafah, suatu prestasi spiritual yang mampu menyingkap rahasia dan alam gaib.

Sejarah dan Khasiat Pengobatan Nabi

Oleh: Afriza Hanifa
Ada tiga jenis thibbun nabawi, yakni menggunakan obat alami, obat ilahiah, serta menggabungkan kedua unsur tersebut.
Habatus sauda, minyak zaitun, madu, dan bekam menjadi alternatif pengobatan pada era modern kini. Bahkan, kedokteran modern mulai tertarik meneliti karena kandungannya yang mujarab sebagai obat. 

Itu hanyalah beberapa dari sekian banyak thibbun nabawi atau pengobatan nabi yang pernah diajarkan Rasulullah. “Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan beserta penawarnya.” (HR Bukhari)

Istilah thibbun nabawi sebenarnya tak dikenal pada masa kerasulan. Penggunaan istilah tersebut baru familiar pada abad ke-13 oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya, Zaadul Ma'ad. 

Rabu, 12 Februari 2014

Redaksi doa, hati hati dunk

Repost Intermezo dari riyadh

HATI-HATI. SALAH BERDOA, BISA FATAL AKIBATNYA!

Ya Tuhan, jadikan aku orang yg cuma dgn kipas2 saja uang mendatangiku!
Cliiiing...!!!....
......3th kemudian ia jd penjual sate

Minggu, 09 Februari 2014

AS SYAMS AL JAUJARI tatkala awal mula mencari ilmu, ia mendatangi para ulama besar di negerinya. Namun tidak satupun ulama yang membuat ia tertarik. Sampai akhirnya ia mendatangi Syeikh Al Islam Yahya Al Munawi dan duduk di majelisnya, dan saat itu ia mengira bahwa ia sedang berguru kepada ulama yang paling pandai.
Namun di majelis itu Al Munawi justru menegur Al Jaujari karena ia menghadiri majelis dalam keadaan kaki terbuka,”Engkau tidak memiliki adab, maka tidak akan datang kepadamu kenikmatan untuk mencari ilmu, tutuplah jari-jarimu, gunakanlah adab!”
Maka setelah itu hilanglah perasaan suka meremehkan orang lain, dan ia terus-menerus istiqamah duduk di majelis Al Munawi sampai menjadi ulama besar. (Faidh Al Qadir, 1/225)

Ambillah dari Guru Ilmu dan Akhlaknya Sekaligus

IBRAHIM BIN HABIB BIN AS SYAHID yang merupakan perawi hadits yang tsiqah demikian juga ayahnya, menyampaikan, bahwa ayah beliau pernah berpesan,”Wahai anakku, datangilah fuqaha dan ulama dan belajarlah dari mereka. Ambillah dari mereka adab dan akhlak, itu lebih aku cintai darimu daripada banyak hadits.” (Jami’ Adab As Sami’ wa Adab Ar Rawi, 1/80)

http://www.hidayatullah.com/read/2013/11/08/7206/ambillah-dari-guru-ilmu-dan-akhlaknya-sekaligus.html

Diam! Engkau Tidak Memiliki Syeikh!

IMAM QADHI IYADHL AL MALIKI menyampaikan bahwa seorang ulama yang bernama Abu Jakfar Ad Dawudi Al Asadi suatu saat melarang para ulama Qairawan semasanya untuk tinggal dan menetap wilayah di Kerajaan Badi Ubaid. Dan ia kirim surat kepada mereka perihal hal itu, namun ulama itupun membalas larangan itu,”Diamlah! Engkau adalah orang yang tidak memiliki Syeikh!”

Antara yang Berguru dan yang Tidak

IMAM IBNU HAZM AL ANDALUSImerupakan ulama besar rujukan madzhab Ad Dzahiri, sebuah madzhab memiliki metode tersendiri yang berbeda dengan 4 madzhab lainnya dalam mengambil kesimpulan hukum yakni dengan mengacu kepada dzahir nash serta menolak metode qiyas.

Tazkiyatun al-Nafs, Syarat mencari Ilmu

oleh: Muhammad Saad

KARENA tujuan ilmu dalam Islam sangat mulia, yaitu untuk mengenal Allah Subhanahu Wata’ala dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka syarat untuk meraihnya pun sangat ketat.
Syarat mencari ilmu merupakan bagian adab dari mencari ilmu. Di antara syarat utama mencari ilmu adalah pembersihan diri dari dosa-dosa yang bisa menghalangi kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Setan bergentayangan


“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur),” (HR. Bukhari Muslim).