Sabtu, 15 Februari 2014

Jalan Hidup Salikin: Menyingkap Misteri Mimpi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Mimpi secara umum bisa diartikan sebagai bunga-bunga tidur yang dapat dialami oleh semua orang, siapa pun dia tanpa dibedakan tingkatan kualitas dan prestasi spiritualnya. 

Semua orang pernah mengalami mimpi. Namun, tidak semua orang mampu memilah dan memverifikasi jenis dan kualitas mimpi yang dialaminya.    

Mimpi yang umum dialami semua orang bisa muncul dengan sendirinya tanpa melalui proses persiapan apa pun. Kehadiran mimpi seperti ini di dalam tidur tidak bisa diprogram. 

Ada kalanya kita membutuhkan isyarat dalam bentuk mimpi untuk meng-clear-kan sebuah persoalan, namun tidak muncul. Terkadang juga, tidak ditunggu, tetapi mimpi itu datang dengan jelas atau samar-samar.


Hal yang mirip dengan mimpi umum seperti ini ialah halusinasi dan ilusinasi. Halusinasi ialah persepsi dalam keadaan sadar dan terjaga terhadap sesuatu sebagai akibat suatu rangsangan dari luar. 

Pengalaman halusinasi memersepsikan sesuatu di luar kenyataan objektif. Misalnya, seseorang merasa menyaksikan ada orang-orang yang mengejar-ngejar dan mengancam dirinya, padahal sesungguhnya hanya daun pisang yang melambai-lambai digerakkan angin.

Contoh lain, ia sudah cukup lama menantikan datangnya seseorang, begitu ia melihat sosok yang mirip dengan orang yang ditunggu, langsung dipersepsikan orang yang ditunggunya telah dating. Padahal, orang itu orang lain. 

Mungkin, ilusi orang ini sudah sedemikian kuat sehingga ia dengan mudah membayangkan seolah sangat nyata sesuatu yang dipersepsikannya. Padahal, kenyataan objektifnya tidak demikian. 

Beberapa penyebab halusinasi yang pernah diteliti, yakni karenapsychophysiologic (gangguan struktur otak), psychobiochemical(gangguan neurotransmiter), dan psikologis (misalnya, kolektif memori masa lalu yang amat kuat berpengaruh di dalam diri).

Bedanya dengan mimpi, halusinasi dalam keadaan sadar (tidak tidur) seseorang dapat “melihat” sesuatu, seperti yang dapat dilihat dalam mimpi. Kalau dalam mimpi mungkin yang dilihat adalah kenyataan yang sesungguhnya dan dipersepsikan seperti dengan kenyataan tersebut, sedangkan halusinasi jelas-jelas berbeda antara persepsi dan yang dipersepsikannya.

Halusinasi tidak bisa dijadikan referensi dalam menentukan apa pun. Karena, jelas merupakan rekaman keliru yang ditangkap dalam pikiran. Halusinasi juga berbeda dengan interpretasi kenyataan (delusive perception) yang memberikan persepsi tambahan atau berlebihan terhadap sebuah kenyataan. 

Misalnya, seseorang mendramatisasikannya dengan memberikan pesan atau isyarat hanya lantaran menyaksikan kilat melintas di hadapannya.

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Halusinasi bisa memengaruhi pancaindera, seperti sentuhan rasa, suara-suara halus, penciuman, pendengaran. 

Termasuk, juga apa yang dikenal di dalam psikologi denganproprioceptive, equilibrioceptive, nociceptive, thermoceptive, danchronoceptive. 

Halusinasi pendengaran dialami oleh orang-orang paranoid skizofrenia, yang sering kali keliru memersepsikan sebuah kenyataan objektif menjadi persepsi subjektif. 

Pengaruh obat-obatan, seperti narkoba dan alkohol, juga memicu halusinasi. Halusinasi dalam arti umum bisa disebut bentuk lain dari mimpi.

Dalam Islam, angan-angan berlebihan yang bisa melahirkan mimpi-mimpi kosong (ilusi) sangat tercela. Islam juga melarang mempersepsi-negatifkan orang lain atau mendramatisasi kelebihan-kelebihan orang lain. Karena, kesemuanya bisa melahirkan karakter negatif dan gangguan pikiran serta kejiwaan yang tidak dikehendaki. 

Mungkin, itu salah satu sebab mengapa konsep qadha dan qadar mendapat tekanan khusus untuk dapat dijelaskan dan dipahami. Sebab, jika salah memahami dan mempersepsikan konsep hidup maka dampaknya bisa lebih jauh.

Mimpi dalam arti al-hilm lebih merupakan fenomena psikobiologis. Pemandangan yang dilihat seseorang dalam tidurnya lebih merupakan endapan memori yang berkelanjutan di dalam diri seseorang sehingga di dalam tidur pun tetap berproses. 

Mungkin, masa pubertas yang dialami seorang anak yang berada dalam tahap menjelang remaja (talent stage), yakni seorang anak mulai merasakan adanya misteri yang berhubungan dengan alat kelaminnya sehingga dibawa dalam mimpi. Dia merasakan sesuatu yang amat khas di dalam dirinya dan  menyebabkan spermanya keluar.

Sesungguhnya anak yang seperti ini berada pada awal kematangan seksual secara biologis. Mungkin, ini sebabnya mengapa Rasulullah SAW menjadikan momentum “mimpi basah” ini sebagai faktor pembeda antara anak yang belum balig dan yang sudah balig bagi anak laki-laki. 

Dan, momentum menstruasi awal bagi perempuan. Mimpi basah dan menstruasi menjadikan anak laki-laki dan anak perempuan sebagaimukallaf, yaitu orang yang sudah dianggap mampu mengembangkan tugas-tugas syariat. Karena itu, berdosa bagi mereka kalau meninggalkan kewajiban dan ketentuan syariat lainnya.

Mimpi, seperti yang digambarkan di atas, lebih merupakan fenomena biologis. Sedangkan, yang berkaitan dengan ketajaman mata spiritual ialah mimpi yang lebih merupakan reaksi dari fenomena keadaan spiritual seseorang. 

Mimpi biasa tidak perlu latihan (exercise), tetapi penajaman mata batin. Di antaranya, melahirkan mimpi sebagai salah satu media bashirah. Inilah yang memerlukan upaya dan latihan, sebagaimana akan diuraikan dalam artikel mendatang.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/gaya-sufi/14/02/15/n10drk-jalan-hidup-salikin-menyingkap-misteri-mimpi-1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar